Selasa, 28 Juni 2016

Kisah Rasulullah tentang Lailatul Qadar

webdidiksugiarto.blogspot.com Umat Islam meyakini bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Malam ganjil yang diyakini datang di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan ini merupakan waktu yang diharapkan oleh seluruh umat Islam. Melakukan amal kebaikan pada malam itu, seolah-olah kita telah melakukan ibadah yang nilainya setara dengan 1.000 bulan atau 83 tahun.

Keinginan untuk mendapatkan hikmah dan berkah Lailatul Qadar ini bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Rasulullah SAW menyeru kepada umatnya untuk menyongsong malam seribu bulan ini. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).

Malam yang istimewa itu masih merupakan tanda tanya, dan tidak diketahui secara pasti kapan datangnya. Namun, menjelang akhir Ramadan, Rasulullah SAW biasanya lebih fokus beribadah, terutama sepuluh malam terakhir. Sebagaimana disebutkan 'Aisyah:

"Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah." (HR Al-Bukhari).

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Rasulullah SAW sedang duduk i'tikaf semalam suntuk pada hari-hari terakhir bulan suci Ramadan. Para sahabat pun tidak sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah.

Ketika Rasulullah berdiri salat, para sahabat juga menunaikan salat. Ketika beliau menengadahkan tangannya untuk berdoa, para sahabat pun serempak mengamininya. Saat itu langit mendung tidak berbintang. Angin pun meniup tubuh-tubuh yang memenuhi masjid. Dalam riwayat tersebut malam itu adalah malam ke-27 bulan Ramadan.

Saat Rasulullah SAW dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan. Salah seorang sahabat ada yang ingin membatalkan salatnya, ia bermaksud ingin berteduh dan lari dari shaf, namun niat itu dia urungkan karena Rasulullah dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusuk.

Air hujan pun semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berada di dalam masjid. Namun Rasulullah dan para sahabat tetap sujud dan tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Beliau pun basah kuyup dalam sujud.

Seolah-olah beliau sedang asyik masuk ke dalam suatu alam yang melupakan segala-galanya. Beliau sedang masuk ke suatu alam keindahan. Beliau sedang diliputi oleh cahaya Ilahi. Beliau takut keindahan yang beliau saksikan ini akan hilang jika beliau bergerak dari sujudnya.

Beliau seolah takut cahaya yang dilihatnya akan hilang jika mengangkat kapalanya. Beliau terpaku lama sekali dalam sujudnya. Sementara, beberapa sahabat ada yang tidak kuat menggigil kedinginan. Ketika Rasulullah SAW mengangkat kepala dan mengakhiri salatnya, hujan pun berhenti seketika.

Anas bin Malik, sahabat Rasulullah SAW bangun dari tempat duduknya dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW. Namun beliau pun mencegahnya dan berkata, "Wahai Anas bin Malik, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya."

Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ini menunjukkan betapa banyak hikmah dan rahasia di balik malam seribu bulan. Semoga malam yang tersisa di bulan Ramadan ini mampu kita manfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Zunus Muhammad, dari NU Online (h/t Islami.co )
Load disqus comments
Comments
0 Comments

0 komentar